Minggu, 25 November 2012

Pengantar Filsafat


Filsafat secara etimologis dalam bahasa arab yaitu falsafah, bahasa inggris philosophy, philosophie dalam bahasa belanda dan philosophia dalam bahasa latin. Filsafat memiliki karakteristik antara lain holistik intergral atau menyeluruh, inklusif atau mencakup luas, sinoptis yaitu secara garis besar, radikal yang berarti mendalam, spekulatif yaitu terbuka untuk dikritisi serta reflektif kritis atau sampai pada nilai-nilai. Filsafat pada umumnya diawali sikap senang untuk menyelidiki sesuatu yang disebut inquiring attitude dan bukan receptive attitude atau sikap yang menerima apa adanya. Dalam filsafat, hasil perenungan filsuf tidak harus selalu benar karenanya disebut spekulatif.
Apabila filsafat itu masih berupa proses maka filsafat itu hanya sebagai ilmu (genetivus objectivus), sedangkan apabila proses itu berhenti maka ia menjadi produk dari suatu filsafat yang berupa pandangan hidup (genetivus subjectivus). Dalam filsafat, terbagi 3 pembagian yaitu metafisika atau filsafat tentang ada, epistimologi atau filsafat tentang pengetahuan dan aksiologi yaitu filsafat tentang nilai. Filsafat epistimologi terbagi 3 lagi yaitu filsafat ilmu, metodologi dan logika. Filsafat metafisika terbagi atas teologia, kosmologia dan antropologia. Filsafat aksiologi terbagi menjadi etika dan estetika.
Apabila berbicara mengenai universalitas dari filsafat, maka harus dikutip teori falsifikasi karl popper. Menurutnya ilmu harus terbuka untuk diuji, jika tidak ia menjadi pengetahuan seperti agama. Dalam menguji ilmu, ia menggunakan teori falsifikasi dengan menunjukkan ketidakbenarannya. 

Metode Karl Popper, metode Problem solving:
     P1 → TS → EE → P2
P1  :  Problem yang dipecahkan
TS  :  Tentative Solution (pemecahan yang dicobakan)
EE :  Error Elimination (evaluasi kritis atas TS untuk menemukan kesalahan, dengan maksud membuang atau mengoreksinya.
P2  :  Problem baru (timbul sesudah diadakan evaluasi kritis atas solusi tentative).

Sedangkan menurut thomas kuhn ada 2 tahap perubahan yaitu pada tahap normal, baru ditemukan penyimpangan sehingga kritik diajukan secara tidak langsung. Pada tahap selanjutnya yaitu revolusi, paradigma baru diperlukan. Kritik justru ditujukan ke reputasi teori lama baru ke pemikirannya. Jika gagal bertahan maka akan terjadi revolusi. Pada dasarnya, filsafat merumuskan pertanyaan-pertanyaan dari jawaban sedangkan ilmu beruusaha merumuskan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.

Kelahiran Filsafat
Filsafat pertama dimulai oleh Thales (624-547 SM). Thales ialah seorang insinyur, yang tinggal di Miletus (Asia kecil, daerah pantai, di Turki), sehingga sering menjelajah kemana-mana, dan pikirannya terbuka dengan kebudayaan asing karena banyak menerima pendatang.
Pertanyaan pertama yang dilontarkan adalah “apa yang menjadi asal muasal dari realitas (arkhe)?”.
1.      Jawaban Thales adalah air, karena menurutnya segala benda yang ada sekarang adalah awalnya berasal dari air.
2.      Jawaban Phytagoras (572-497 SM) adalah bilangan, karena menurutnya, segala sesuatu dapat diukur dengan bilangan/angka-angka.
3.      Jawaban Parmenides (540-475 SM) adalah ada yang tetap, filsafat adalah “ada”.
Ketiga filsuf di atas berada dalam masa pra-socrates, yang penyelidikannya berpusat pada ALAM BESAR (MAKROKOSMOS).
4.      Jawaban Socrates (469-399 SM) adalah manusia. Sebab, Socrates ingin mengalihkan pertanyaan kepada ALAM KECIL (MIKROKOSMOS). “Apa hakekat kemanusiaan?”, karena ibu Socrates adalah seorang bidan (metode mayeutike), yang membantu kelahiran, sehingga menurutnya bahwa manusia telah bisa, hanya saja perlu sedikit bantuan.

Ciri-ciri Keilmuan
Ciri-ciri keilmuan (merupakan filsafat sebagai proses) adalah:
1.      Obyek yang khas tertentu – harus stabil. Secara material, berupa sasaran pemikiran (Gegenstand), sesuatu yang ada dan akan ada. Secara formil, berupa sudut pandang atas obyek material, merenungkan secara holistic, integral, radikal, reflektif kritis, sampai sedalam-dalamnya.
2.      Sistematika – cabang-cabang, step by step.
3.      Metode – teknik penyelidikan, yang menjamin supaya ilmu bisa berkembang.
4.      Universalitas – keterimaan intersubyektif, yaitu yang dapat diterima (intersubyektif=kesepakatan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar